Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Minggu, 18 Desember 2011

Kepada Kamu

Selamat pagi,
Sudah lama tak menyapamu. Ada rindu. Sepasang ngilu. Kamu.
Kamu. Masih kamu.
Kemarin hujan. Di jalanan. Menyusun ingatan. Masih tentang kamu. Remah-remah imajinasi. Sedikit saja.
Aku selalu mengingat. Bagaimana kenangan tentang imajinasiku.
Berjalan berdua. Beriringan. Bergandengan. Di bawah hujan.
Atau kita berada dalam bus kota. Bernyanyi. Mengusap nako.
Aku lebih suka berjalan kaki. Bersamamu. Daripada harus kedinginan di dalam mobilmu. Sederhana bukan? Sebab, berjalan membuat waktu berhenti sejenak. Agar aku bisa lebih lama menggenggam tanganmu.
Mungkin kita akan menikah kelak. Aku menjadi pasanganmu. Tapi aku takmau menukar nama belakangku dengan nama belakangmu. itu nama ayahku.
Kelak, akan lahir anak-anak lucu dari rahimku. Lakilaki dan perempuan sama saja.
Lantas, kita akan menghabiskan waktu di toko buku. Memilah dan memilih buku dongeng atau puzzle untuk anak kita. Atau kita akan membacakan sebuah dongeng setiap malam. Mengecup anak kita sebelum mereka tidur.
Membawa mereka jalanjalan. Menemani mereka membaca dan belajar. Itu menyenangkan bukan?
Kepada kamu,
aku senang menghabiskan waktuku bersamamu.

Tidak ada komentar: