Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Minggu, 31 Maret 2013

Untuk Lelaki yang Sudah Terlibat Banyak dengan Hatiku

Halo, kamu, apa kabar? Ya. Aku tahu. Kamu baik-baik saja. Tetiba aku mengingatmu banyak-banyak. Haha. Biasanya, aku selalu menulis kartu pos jika aku rindu kamu. Tapi, Sayang, kartu posku habis. Dan, aku lupa membelinya. Ah, maafkan aku, Sayang. Ingatanku memang takbaik.

Baiklah. Tulisan ini tidak akan kukasih tautannya ke kamu. Buat apa? Toh, aku yakin, kamu bisa menemukannya dengan modal telepati yang kamu sering kamu bilang itu. haha.

Aku akan mengatakan kalimat yang seringkali kamu ucapkan: "aku kangen kamu. kangen banget. kamu percaya?"
Bodoh! Bagaimana mungkin aku takpercaya kamu, sementara kamu sudah mengambil hampir seluruh hari dan hatiku. Kalau aku takpercaya kamu, aku takkan menjalani semua ini. Semua hal yang membuatku ingin melipat jarak. Meski katamu, yang berjarak selalu menggetarkan. Sudahlah. Aku juga percaya itu. Segala sesuatu yang berjarak memang selalu menggetarkan.

Aku menggunakan kata ganti "kamu" dalam tulisan ini. Seperti katamu bahwa "kamu" sudah lebih dari rindu, cinta, dan sayang! Dan, berharap, setiap kali kamu tersebut, ada banyak hal yang tersirat. Semacam banyak hal-hal yang di luar bahasa. haha.

Entahlah, Sayang. Aku tetiba ingat kamu. Dan, memang sedikit norak tetiba aku harus mengunggahnya di blogku. Blog yang setiap hari dibaca banyak orang. Haha. Tujuannya, sih, ingin menyampaikan rindu dengan cara yang lain. Yang penting aku tidak akan menautkannya di Twitter. Biar tidak menjadi terlalu berisik nantinya.

Please, tell me if you have found this letter! So, I can see how fast your telepati working is!

*Untuk seseorang
yang enggan tersebut nama
yang enggan tertulis aksara
saya cinta
itu saja

Terima kasih sudah mengambil hatiku. Jadi, aku tahu harus mengambil hati siapa. Dan, kurasa, bahumu cukup bidang untuk menahanku dari tangis dan kantuk. Ah, kamu tahu, kan, aku suka tidur. Mungkin, telingamu cukup lebar untuk mendengarkanku berkeluh. Terima kasih. Sudah mengakrabkanku dengan kebahagiaan. Mulai sekarang sampai nanti, aku takperlu mengayuh sepedaku sendiri. Ada kamu yang mengayuh di sampingku. Semoga. Nanti, di ujung jalan sana, arah sepeda kita takberlawanan. Sebab, setelah ujung jalan itu masih banyak jalan yang seharusnya kita tempuh bersama tanpa tahu ujungnya.


Untuk
Kun Andyan Anindita

Tidak ada komentar: