Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Selasa, 30 Juni 2015

Dan, Tetiba Segala Sesuatunya Menjadi Sendu

Gambar diambil dari sini.

Apa yang tersisa dari penghujung bulan Juni selain gerimis yang hanya ada dalam tulisan penyair tua favoritmu itu? Gerimis yang tidak akan pernah datang. Jikalau memang datang, ia menjelma sebagai sebuah ketabahan, lalu menguap begitu saja dimakan waktu.

Terbuat dari apakah waktu? Apa pun itu. Saya rasa, waktu adalah hal yang paling rakus yang pernah Tuhan ciptakan. Ia suka menghabiskan hal-hal yang belum selesai sehingga selamanya takkan pernah selesai. Ia juga suka bersijingkat mencuri-curi segala tenggat yang terlewat begitu saja. Atau, diam-diam ia seringkali mengubah segala sesuatunya menjadi abu.

Saya takbisa mengeluh lagi tentang waktu yang takpernah tahu malu itu. Saya hanya bisa mengikutinya, kadang harus berlari atau berjalan sangat pelan. Agar segala sesuatu yang saya usahakan tidak pernah usang dimakan waktu.

Pun waktu yang tetiba membuat segalanya menjadi sendu. Pada selepas senja tadi. Pada jalanan kecil yang setiap kali saya lewati. Sudah hampir enam tahun, saya menempati kota ini. Kota yang pun dengan tetiba menjadi tempat pulang saya yang kesekian. Pada selepas senja tadi, temaram di langit dan jalanan kecil itu menjadi lebih syahdu. Seolah nantinya saya akan sangat merindukan hal-hal itu di luar sana. Di kota lain yang saya pun masih taktahu.

Segala sesuatunya hampir selesai pada hari ini meskipun sesungguhnya saya tahu segala sesuatunya hampir dimulai dari hari ini. Hari-hari setelah ini, saya harus segera memutuskan apakah tetap tinggal di kota ini atau pergi. Segalanya berubah menjadi dilematis karena jauh lebih rumit daripada sekadar pertanyaan "Akan memakai baju apa saya hari ini?" yang sering saya pertanyakan menjelang mandi pagi.

Dan, untuk kali ini, kali ini saja, saya harus menggantungkan pertanyaan itu kepada waktu. Sebab, takpernah ada yang tahu ke mana kaki melangkah setelah ini, selain waktu.

Sabtu, 20 Juni 2015

Pertemuan Kembali

"Aku sudah di stasiun," katamu dalam sebuah pesan singkat. Diam-diam saya berdebar, kereta yang saya yakin kecepatannya takpernah berubah itu rasanya melambat. Perjalanan Solo--Jogjakarta yang hanya tertempuh waktu 50 menit itu semacam melambat menjadi 12 jam. Diam-diam saya merindukan kamu, merindukan kita.

Apa yang tersisa dari sebuah rindu, selain pertemuan? Saya pun takpernah tahu. Itu kali pertama kita bertemu kembali setelah malam-malam panjang yang hanya berisikan saya dan kamu, bukan kita. Pertemuan tanpa rencana yang akhirnya menyeret kembali segala debar yang sesungguhnya takpernah hilang itu.

Kereta berhenti tepat di stasiun pertama kali saya mengenalmu. Semacam cerita picisan memang, tapi begitulah nyatanya. Saya melihat kamu di sudut yang sama dengan pertemuan-pertemuan kita yang lalu, berdiri menunggu. Menghampirimu kala itu bukan perkara mudah. Ada hati yang diam-diam sedang ditata baik-baik agar takterlihat terlalu berantakan di matamu.

"Hai," sapamu mengawali pertemuan kala itu. Saya hanya menjawab sekadarnya, bukan taksenang, hanya terlampau bahagia. Saya takmau kamu melihat kebahagiaan itu atas alasan harga diri yang entah berapa harganya itu.

Selanjutnya, kamu berbicara tentang jadwal makan saya yang berantakan karena belum makan seharian, mengomeli saya karena terlalu lelah, dan hal-hal tentang saya yang masih kamu ingat dengan jelas. Dalam hati, saya bersorak. Kamu sama sekali takberubah, pun matamu yang membuat saya jatuh cinta berkali-kali itu.

Pertemuan yang takdirencanakan itu terasa sangat sebentar. Waktu terlalu cepat ketika ada kamu, saya kira. Sebuah pelukan yang lebih lama dari biasanya menjadi sebuah penanda bahwa akan ada pertemuan-pertemuan setelahnya. Kala itu, saya takberpikir banyak. Saya sudah terlampau bahagia ketika akhirnya bisa berbicara denganmu lagi setelah penantian panjang.

Adakah yang lebih dahsyat dari sebuah rindu, selain pertemuan (kembali)?