Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Kamis, 17 November 2011

Sederhana

Hidup itu sederhana. Sesederhana kecipak air yang terkena ujung sepatu. Atau lebih sederhana dari membalikkan telapak tangan. Sederhana sekali.
Saya jadi teringat, ketika saya kuliah isyarat--lagi-lagi isyarat--beberapa hari yang lalu. Seorang translator mengkritik beberapa dari kami yang terlalu rumit menyampaikan percakapan dalam bahasa isyarat. Ya. Saya memang masih menerjemahkan kata per kata untuk dibuat bahasa isyaratnya. Taksalah memang, tapi takperlu.
"Hidup itu sederhana. Jangan dibikin rumit!" Begitulah komentar dari translator tersebut. Saya tergagap. Iya. Hidup itu memang sederhana. Saya saja yang selalu sering membuat rumit.
Ah, sebenarnya. Dari dulu, saya juga enggan memikirkan rincian hidup. Saya senang menikmati hidup saya secara sederhana. Tanpa beban. Mengalir saja. Dan oleh beberapa orang, hidup saya terlalu santai. Takmasalah.
Saya seorang dateliner sejati. Terlalu tepat waktu, kalau dalam bahasa saya. Mungkin ini menyiksa bagi sebagian orang, tapi bagi saya ini adalah cara menyederhanakan hidup.
Saya juga taksuka mengkritik sesuatu. Taksuka bawel. Taksuka ribut. Saya kadang-kadang merasa jengah ketika teman-teman saya mulai mempermasalahkan sesuatu yang sebenarnya takmenyangkut hajat hidup orang banyak. Misalnya saja, ketika kami makan bersama, ada satu atau dua orang selalu marah-marah ketika pesanannya datang terlambat. Hei, yang pesan bukan cuma kalian!!! Tangan penjualnya juga cuma dua. Begitulah. Komentar saya dalam hati. Atau mereka mempermasalahkan tempat yang terlalu sempit, banyak lalat, masakan terlalu asin, banyak asap rokok, atau apa pun lah itu. Hello, kalau gak mau ribet dengan semua itu, cari tempat lain. dan urusan akan selesai.
Ah, mungkin saya yang terlalu apatis pada lingkungan sekitar. Yang menurut saya, semua hal akan jadi membahagiakan jika saya bisa membuat nyaman diri saya sendiri. Lingkungan itu tergantung perasaan saya. Sudahlah. Sebenarnya saya ingin sekali ngomong ke mereka, tapi ya itu, saya taksuka ribut. Taksuka berdebat.
Hidup itu sederhana. Bahkan lebih sederhana dari suhu tubuh yang naik setelah bermain hujan-hujanan.

Tidak ada komentar: