Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Senin, 23 Juni 2014

Perayaan Kehilangan

Rasanya terlampau susah jika hidup dengan kepala yang di dalamnya sedang ada peperangan. Ricuh. Setiap kata saling bertabrakan entah akan menghasilkan apa. Saya sedang berada di dalam sebuah lokakarya yang berbicara tentang Quantum City. Entahlah. Saya juga tidak terlalu paham dengan segala macam yang dibicarakan dalam ruangan ini. Kepala saya sedang berperang untuk hal yang lain. Sedang ada kericuhan di kepala saya tentang sebuah hal di luar sana yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ruangan ini. Mungkin ada hubungannya, hanya saja saya belum bisa mengelaborasi perang di kepala saya dengan apa yang terjadi di ruangan ini. Semoga nanti.

Tentang ruang, tentang waktu, tentang jarak, tentang kecepatan, yang semuanya berada dalam satu aliran yang sama. Hanya saja ada banyak persimpangan. Entah saya berada di persimpangan yang mana. Saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya. Setiap hal tumpang tindih dan selalu berseberangan. Saya sedang mencoba memilah-milah apa penyebab perang di kepala saya. Nyatanya pun saya bukan pemilah yang baik. Saya sama sekali tak berhasil. Jadi, maafkan saya, jika kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat yang melompat-lompat, bahkan mungkin tidak saling berhubungan.

Tiba-tiba saja, saya teringat kalimat Seno Gumira Ajidarma bahwa dalam setiap diri pertemuan sudah terkandung perpisahan. Iya. Cepat atau lambat. Perpisahan selalu saja dekat dengan kehilangan. Lantas, kehilangan selalu saja memenuhi ruang, menebas jarak, dan menghentikan waktu. Rasanya begitu cepat. Saya masih teringat bagaimana keranda membawa tubuh kakek saya. Kakek yang beberapa waktu sebelum pergi selalu berjanji akan mengantar saya sekolah TK. Pada saat itu, saya masih berusia empat tahun, beberapa bulan lagi akan memasuki sekolah. Sayangnya, di atas janji kakek saya, masih ada Tuhan. Pada bulan Juni, kakek saya harus pergi. Meninggalkan saya menunggu janji itu. Padahal, tinggal beberapa hari lagi, ayah saya mendaftarkan saya ke sekolah. Jadilah, sejak kepergian kakek saya itu, saya harus menjalani hari-hari TK saya sendirian. Tidak pernah ada yang menunggui saya sebagaimana teman-teman saya yang lain. Pada akhirnya, saya pun terbiasa menjalani hidup sendirian.

Barangkali, Sapardi benar. Bahwa tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.

Atau mungkin Tuhan memang senang bercanda. Dia suka mendatangkan orang-orang di tengah-tengah kehidupan, lalu tiba-tiba saja menyuruhnya pergi. Tanpa permisi. Entah lama, entah sebentar, orang itu singgah atau menetap. Kalaupun menetap, suatu waktu pasti akan tetap pergi. Jadi, sesungguhnya tidak ada yang benar-benar menetap dalam hidup. Datang dan pergi begitu saja jika kata Letto.

Maafkan saya yang tiba-tiba saja teringat pada kakek saya. Pada janjinya yang akan selalu mengantar saya sekolah. Pada kebiasaannya yang selalu membawakan saya sekotak Buavita rasa jeruk setiap bulannya. Pada rutinitasnya yang pagi-pagi sudah membersihkan halaman. Pada hangat pelukannya. Pada cerah senyumnya. Dan, pada keranda yang telah membawanya pergi. Membuat kehilangan. Membuat kesepian.

Namun, kepergian seseorang dalam hidup selalu mengajarkan banyak hal. Agar tak melulu bergantung, tak selalu berharap, dan tak sering meminta. Kepergian selalu menyisakan kehilangan. Dan, kehilangan tak melulu dimaknai dengan kesedihan meskipun kata kehilangan dan kesedihan adalah dua saudara kandung. Hanya saja, kehilangan dapat sedikit dirayakan dengan atau tanpa kembang api.

Saya bisa keluar rumah sejenak. Melihat langit, entah sedang berwarna apa. Atau pergi naik kereta listrik, menghitung panjang rel entah dengan apa. Atau saya bisa mengikuti lokakarya seperti ini entah membahas apa. Atau mungkin saya bisa pergi sejenak dari rutinitas entah ke mana.

Ah, Kakek, sedang apa di sana? Semoga selalu bahagia. Semoga juga sedang merindukanku. Semoga baik-baik saja.

Tidak ada komentar: