Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Rabu, 04 Juni 2014

Dibutuhkan Segera: Bahu dan Telinga

Maafkan saya, yang akhir-akhir ini sedang banyak berkeluh kesah di ruang ini. Namun, entahlah. Saya juga tidak tahu bagaimana harus membuat rasa yang membuncah ini agar memiliki tempat. Satu-satunya ruang hanya di sini. Yang sepi. Tanpa kericuhan yang sedang ada di luar sana.

Sudah beberapa hari ini saya sulit memejamkan mata: satu hal yang hampir tidak mungkin bagi saya. Saya terjaga hingga pukul tiga dini hari, bahkan puncaknya semalam saya tidak bisa tidur sama sekali. Sementara paginya saya harus ke kampus.

Alhasil, dari semalam, kepala saya sakitnya tak mereda, malah bertambah setiap saat. Rasanya seperti sedang ditekan oleh tangan yang kuat. Sakit sekali. Sudah istirahat juga tadi sore. Ah, tetap sakit. Entah mengapa. Mungkin saya sedang stres tentang banyak hal. Satu hal saja sebenarnya yang saya inginkan: bahu dan telinga. Entah berapa kali saya membutuhkan ini. Saya hanya ingin bercerita panjang lebar pada seseorang seperti biasanya, lalu berdiskusi memecahkan masalah atau sekadar mencari ide untuk makalah. Agar sakit ini cepat mereda. Sebab semacam waktu saya terbuang percuma. Saya sakit dan tak bisa tidur. Lantas, saya juga tidak bisa menyelesaikan tugas akhir. Semakin menambah sakit rasanya.

Barangkali, harga bahu dan telinga pun sekarang sedang mengikuti harga dolar. Untuk kali ini, saya tak mampu membelinya. Jadi, saya harus tetap bertahan. Pada rasa sakit dan cerita-cerita yang tak bisa lagi diceritakan.

Tidak ada komentar: