Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Jumat, 18 Mei 2012

Workshop "Freedom and the Politics of Climate Change"

Baiklah. Kali ini saya memang berdosa. Mencuri-curi waktu di tengah seminar. Tapi bagaimana lagi. Saya sudah tidak tahan untuk tidak menulis. Hanya catatan sebenarnya.
Pada awalnya, saya ikut seminar ini karena diajak teman. Hanya itu. Jujur. Saya tidak tahu bagaimana bentuk seminar. Bahkan judulnya pun saya taktahu. Parah. Iya memang.
Namun, setelah sampai di tempat, ternyata judul diskusinya adalah "Freedom and the Politics of Climate Change". Well, saya tidak tahu itu apa. Haha. Saya memang payah.
Namun, pembahasan-pembahasan berikutnya (tentu saja) tentang perubahan iklim.
Apa coba? Saya masih tidak mengerti apa yang sedang diomongkan di depan. Climate Change. Perubahan Iklim. Sama saja. Iya. Saya tahu. Iklim akan terus berubah. Seiring manusia yang juga terus berubah. Bagaimana mungkin iklim tidak berubah, sedangkan manusia saja setiap hari berubah. Letih. Dari dulu yang dipermasalahkan tetap sama. Penyebab. Dampak. Solusi yang tidak solutif. Lantas bagaimana? Dari dulu, saya juga tidak pernah merasakan bagaimana dampak pemanasan global. Setiap waktu juga sama. Panas. Terus dengan kita melakukan hal-hal yang dianjurkan panas akan berubah dingin? Saya rasa tidak. Wajar saja iklim berubah. Lalu, mengapa harus dipermasalahkan? Bosan!
Abaikanlah itu.
Hei, saya baru sadar. Judul acara ini adalah "Freedom and the Politics of Climate Change". Freedom. Kebebasan. Liberal. Saya suka kata itu. Mengapa kita tidak membahas hal itu saja? Biar ramai. Biar teriak sampai serak. Dari kemarin. Saya menunggu.
Di luar berisik. Di dalam terganggu. Lantas menegur yang di luar. Terus? Di mana liberalnya? Katanya liberal. Batasannya apa? Saya semakin pusing dengan satu kata itu. Batasan mengganggu. Batasan tidak mengganggu.
Haha
Sangat mengingat jelas. Akhir-akhir ini bahasan tentang liberalisme sedang hangat. Panas malah. Seminarnya sih tentang perubahan iklim. Tapi, saya tahu. Ada tiupan perlahan tentang paham liberal yang disisipkan dalam workshop ini. Ah, saya tadi menyebutnya seminar. Maafkanlah saya. Ini workshop yaa. Haha
Setiap kali diskusi, kami diperbolehkan memilih. Memilih pendapat. Memilih tempat. Suka-suka. Lantas, yang masih saya pertanyakan sampai sekarang adalah batasan memilih itu sampai mana? Sampai ujung dunia? Saya semakin ngaco.
Ini masih pagi. Masih hari kedua. Mudah-mudahan nanti sesi selanjutnya bahasan tentang liberalisme sudah tidak gerilya lagi. Sudah blak-blakan. Toh, katanya liberal. Bebas saja mengajukan paham. Saya juga bebas saja menerima paham baru. Bukan berarti harus masuk ke dalamnya. Ah, tidak memilih apa pun juga sebuah kebebasan, bukan?

Tidak ada komentar: