Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Minggu, 02 Oktober 2011

Seruas Jalanan, antara Aku dan Kamu

Lantas kamu menghilang. Di balik sebuah lorong
yang takbertuan. Sepi.
Kemarin. Kemarinnya lagi. Aku selalu melihat
tubuhmu yang sedikit kaku di jalanan yang
setiap hari kulewati. Aku menghembuskan napas,
dan kamu menatapku berharap.
Maaf.
Taksetiap hari ada sisa receh untukmu. atau sisa rotiku
tadi pagi. syukurlah. kamu tidak tahu, ada sebotol kecil
wine yang kusimpan dalam tasku.
Tubuhmu legam. kausmu hitam.
serupa jelaga yang menempel di dinding
kamar bambu.
Aku. Kamu. di tempat ini. (tidak) jatuh cinta.
hanya saja menyimpan cerita.
Jika melihatmu, aku ingat adikku. mungkin seusiamu.
kita sering bersitatap. saling mengamati. aku selalu iba
melihatmu di situ. tidur di jalan ini. tanpa ranjang yang
bisa membuatmu menggelinjang. atau selimut yang
memelukmu lembut.
(lagi). maaf.
aku takpernah bisa membawamu ke kamarku.
jangan khawatir. aku selalu berdoa pada Tuhanku,
suatu saat kelak. kamu akan mendapat tempat yang layak.
yang bisa memberimu rasa nyaman, senyaman rasa anggur
yang membuatku tertidur.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Aamiin

Fitria Sis Nariswari mengatakan...

aih, si Inung. baca-baca tulisanku juga. haha
thanks yaaaa