Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Sabtu, 08 Oktober 2011

9 10 11

9 10 11
Seperti hitungan sebelum berlari. Bagus. Berurutan.
Itu tanggal hari ini. Mungkin tanggal terbagus sebelum kiamat. Bolehlah kukatakan seperti itu meski aku taktahu kapan kiamat.
9 10 11
Mengingatkanku pada urutan kematian. Kesempurnaan pada 9. Lantas 10 dan 11 adalah kembali pada hitungan awal: 1 2. Kembali adalah pulang, lalu mati.
9 10 11
Akhirnya aku ke Anyer. Iya, tak apa. Norak. Baru pergi sekarang.
Otakku sedikit acak hari ini. Antara senang ke Anyer dan muak dengan penghakiman.
Berkali-kali aku menulis, takperlu kita membawa palu untuk menyatakan: saya benar, kau salah.
Dunia ini terlalu berharga untuk meributkan siapa yang paling benar atau paling salah.
Baiklah. Akan sedikit kudeskripsikan. Mayoritas memang selalu mengintimidasi minoritas. Mereka lupa bahwa menjadi minoritas adalah pilihan yang wajib dihormati oleh siapa pun.
Tapi, sepertinya tidak begitu. Meskipun sebenarnya aku masuk dalam mayoritas tersebut, aku selalu merasa ada orang-orang yang teranggap salah.
Menyakitkan.
9 10 11
Jujur. Aku suka pada urutan angka ini. Nanti saja ya, aku lanjutkan. Sepulang dari Anyer jikat takterlelap.

Tidak ada komentar: