Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Selasa, 11 Juni 2013

Bagaimana Jika Kartu Pos yang Kukirim Padamu Takpernah Sampai?

Ya. Bagaimana jika senja yang kukerat seukuran kartu pos itu takpernah sampai padamu? Entah. Mereka sedang menyangkut di mana. Mungkin di pohon-pohon. Atau di rel kereta. Atau mungkin kartu pos itu masih di Pak Pos. Sebab, Pak Pos masih menginginkan ada seseorang yang mengirimkan kartu pos untuknya. Lantas, sampai rambutnya memutih, Pak Pos takkunjung mendapati sebuah kartu pos dari siapa pun untuknya. Lalu, aku datang, kepadanya. Membawa selembar kartu pos yang kutulisi dengan rindu. Kartu pos ini untukmu.

Tapi, yang terjadi. Kartu posku takpernah sampai kepadamu. Pak Pos itu dengan senang hati menyimpan kartu posku bergambar senja, tertulis rindu. Aku taktahu bagaimana cara memintanya kembali. Agar dia mau mengirimnya untukmu. Sebab, menunggu kartu posku sampai kepadamu itu serupa menyaksikan perjalanan rinduku kepadamu. Perjalanan pendek yang terlalu panjang. Rasanya.

Bagaimana jika kartu posku selanjutnya takpernah sampai kepadamu juga? Kukira sama saja. Aku takmengerti apa yang harus kulakukan jika semua Pak Pos suka menyimpan kartu posku untukmu. Mungkin, itu satu-satunya cara mereka untuk mengenang pekerjaan mereka. Mengirim kartu pos: entah ke alamat yang dituju atau bukan.

Tidak ada komentar: