Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Selasa, 23 Oktober 2012

Selamat Berakhir Semester 7!

Ya. Rutinitas saya menulis sesuatu pada akhir semester. Sekarang saya berada pada semester 7. Dan semester ini sudah berakhir. Paling tidak, bagi saya. Hari Kamis kemarin, saya resmi membatalkan semua mata kuliah yang sudah saya ambil. Tinggal menyisakan mata kuliah spesial, yaitu skripsi.

Semester ini sudah berjalan hampir setengah semester. Tetapi, saya membatalkan kuliah begitu saja. Oh, tidak. Tidak begitu saja. Ada alasan yang kuat. Alasan yang mungkin dianggap gila oleh banyak orang. Ah, yang dianggap gila oleh orang lain, belum tentu gila juga bagi saya. Sudah berkali-kali saya bilang, kan? Cita-cita hidup saya sederhana. Melakukan apa yang saya cintai dan mencintai apa yang saya lakukan. Itu saja.

Pembatalan mata kuliah ini tidak akan terjadi jika saya tidak melihat pengumuman di kampus. Mabes TNI mengadakan Latsitarda (Latihan Terintegrasi Taruna Wreda). Ini semacam KKN bagi Taruna TNI, Akpol, mahasiswa IPDN, dan mahasiswa tingkat akhir. Latsitarda akan diadakan di Lombok pada bulan November-Desember. Hampir 1.5 bulan. Ya. Memang untuk mahasiswa yang sudah tidak ada kuliah.

Entahlah. Kegiatan itu sungguh menyita perhatian saya. Tetiba saja berpikir untuk mengikuti Latsitarda sebab saya masih punya jatah satu semester untuk lulus tepat waktu dan (semoga) tetap cumlaude. Ah, dengan segera saya berkonsultasi dengan dosen pembimbing, mama, ayah, dan (tentu saja) Tuhan. Jawabannya 'Iya'.

Saya mendaftar. Terombang-ambing antara diterima dan tidak. Kuliah berjalan sebagaimana mestinya. Saya masih belum berani membatalkan kelas. Akhirnya. Pengumuman juga. Saya diterima! Empat hari sebelum UTS! Ohh.

Ya. Tuhan sepertinya sudah mengatur jadwal saya. Mata kuliah tidak bisa dibatalkan selepas pekan UTS. Tapi, ini sudah ada keputusan sebelum UTS. Jadi, saya bisa membatalkannya. haha Takperlu waktu lama untuk mengedrop semua mata kuliah. Hari itu juga, saya sudah tidak ada tanggungan mata kuliah. Saya bisa pergi ke Lombok. Tapi, dengan janji ke dosen pembimbing skripsi untuk menyelesaikan skripsi sebelum pergi ke Lombok. Voila! Semoga saja!

Tapi, komentar dan cercaan takberhenti di sini. Hampir semua orang yang tahu cerita saya pasti berkomentar, "Gila lo! Gak sayang apa kuliah udah jalan separo?" atau komentar-komentar sejenis itu. Ayah saya juga takkalah marah. "Kalau Ayah jadi kamu, Ayah bakalan menyelesaikan kuliah dulu. Setelah selesai kuliah, baru ikut kegiatan-kegiatan seperti itu!"

"Kalau seperti ini, kamu namanya membuang-buang waktu. Harusnya kamu bisa lulus pada semester 7!" Ayah saya masih saja berkomentar.

Saya hanya menggeleng dan tersenyum. Merasa ini sama sekali bukan kesalahan. Ini adalah pilihan. Menguji keberanian saya untuk memilih. Bukankah manusia akan dianggap Ada karena dia telah memilih? Mencoba keluar dari kerumunan. Mencoba menjadi individu yang memiliki alasan untuk memilih sesuatu.

Lulus 3.5 tahun atau 4 tahun bagi saya sama. Sama-sama menyimpan misteri. Bukan berarti yang bisa lulus 3.5 tahun jauh lebih hebat daripada yang lulus 4 tahun. Apa salahnya memanfaatkan status mahasiswa untuk sesuatu yang menyenangkan seperti ini.

Ya. Sembari menunggu keberangkatan pada minggu kedua November, saya tetap masuk kelas. Mengikuti kuliah sebagaimana biasanya. Bedanya, saya tidak perlu mengerjakan tugas. Lantas, teman saya masih berkomentar juga. "Ngapain lo tetep kuliah? Kan udah lo drop semua mata kuliah?"

Ah, sepertinya memang selalu mendapat komentar terhadap segala sesuatu yang telah saya lakukan. Saya tersenyum saja. Kuliah dan masuk kelas adalah salah satu cara saya bersenang-senang. Menikmati hidup. Belajar tanpa harus banyak menghabiskan waktu. Bukan beban yang harus segera diselesaikan. Jadi, takada salahnya jika saya tetap masuk kelas tanpa mendapatkan nilai nantinya. Sebab, segala sesuatu takselalu bisa diukur dengan angka atau huruf.

Sudahlah. Pada akhirnya, ke Lombok pun saya tetap belajar. Belajar memaknai hidup di tengah masyarakat yang sama sekali belum saya kenal. Perjalanan selalu memberi saya cerita. Rumah yang baru. Saya tidak akan menyesal. Memilih sesuatu selalu ada sesuatu yang dibayarkan. Kali ini, saya membayar waktu sesemester saya kuliah dengan perjalanan yang mungkin tidak akan saya lewati lagi setelah lulus kuliah.Ya. Ini menjadi semacam sesuatu yang lebih besar daripada sekadar kuliah di kelas. Itu menurut saya.

Saya bahagia dengan pilihan saya. Itu sudah cukup.

Tidak ada komentar: