Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Jumat, 05 Oktober 2012

Jajanan Pinggir Jalan

Beberapa menit yang lalu, saya melihat tempelan banyak poster di lantai 1 perpustakaan. Poster tentang makanan yang sehat. Mungkin anak Fakultas Kesehatan Masyarakat yang mengadakan acaranya. Ya. Acaranya semacam lomba poster tingkat nasional. Lalu, poster pemenang dan poster peserta sama-sama dipajang. Biar orang tahu. Ah, mungkin juga sebagai pembelajaran. Isi posternya takjauh-jauh dari pembiasaan makanan sehat. Lucu-lucu.

Namun, ada beberapa poster yang menggelitik saya. Poster yang bertemakan "Jajanan Pinggir Jalan". Bisa ditebak. Poster tersebut pasti mengimbau tentang bahaya makan jajanan pinggir jalan. Setiap poster melarangnya. Ohh. Sedikit miris. Hampir menangis.

Teringat jajanan pinggir jalan. Teringat tentang tangan-tangan kekar. kulit legam. keriput pada wajah. peluh. kemiskinan. perjuangan hidup. anak-anak yang menangis lapar di rumah. anak-anak yang berharap banyak pada keuntungan--yang takseberapa--untuk membayar seragam dan buku sekolah. pada dapur di rumah yang harus mengepul. tentang palak preman pinggir jalan. tentang penertiban oleh Satpol PP. tentang razia kaki lima. tentang pembeli yang takbayar. tentang hujan yang takkunjung reda sehingga sepi pembeli. tentang utang pada rentenir. tentang makanan yang takhabis terbeli. banyak hal tentang mereka.

Entahlah. Saya miris saja membaca poster itu. Membayangkan tetiba masyarakat sadar dan melakukan apa yang diimbau dalam poster tersebut. Lantas, pedagang jajanan pinggir jalan taktahu harus menjual dagangannya ke mana dan siapa. Lalu, hidup mereka yang miskin akan semakin miskin. Makin banyak anak-anak yang taksekolah sebab takpunya biaya. Ah, makin banyak hal yang akan terjadi.

Baiklah. Memang terkadang jajanan pinggir jalan itu takbaik untuk kesehatan. Ya. Untuk kesehatan individu, lebih tepatnya. Terlalu kompleks memang. Padahal hanya masalah makanan apa yang akan termakan. Segalanya memiliki rantai--yang jika terputus bagiannya akan memutus bagian yang lain.

Pedagang itu pun (mungkin) takmau mencampur dagangannya dengan segala sesuatu yang taksehat. Tapi harga bahan baku yang sehat juga terlampau mahal. Sementara, pembeli takmau membeli jika harga terlalu mahal. Taksederhana.

Namun, melarang membeli makanan mereka juga bukan salah satu cara melenyapkan masalah kesehatan di negeri ini. Entahlah. Saya juga belum punya solusi untuk mensikronkan antara tuntutan kesehatan dan tuntutan ekonomi. Saya juga cuma bisa mengkritik. Takada beda sama mereka. Maafkan saya.

2 komentar:

Pengobatan Alami Limpa Bengkak mengatakan...

teriamakasih banyak, sangat menarik sekali pembahasannya...

Pengobatan Alami Limpa Bengkak mengatakan...

teriamakasih banyak, sangat menarik sekali pembahasannya...