Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Kamis, 23 Juni 2011

Kisah Kita, seperti Hujan dan Teduh

Tiba-tiba saja aku mengingatmu. Mengingat hubungan kita yang semakin lelah untuk dipertahankan. Sayang, bukankah dulu kamu pernah berjanji bahwa seberapa pun jauh jarak kita, kamu akan tetap mengirimiku cinta setiap hari. Sementara aku, aku akan selalu menghabiskan tintaku untuk menulis namamu di langit. Ingatkah kamu? Aku masih sangat mengingatnya. Entah kamu.
Ah, jarak kita takjauh sebenarnya. Hanya saja hati kita yang terlampau jauh. Aku taktahu pasti tujuan Tuhan mempertemukan kita. Seperti hujan dan teduhkah? Selalu bertemu, tapi takpernah ditakdirkan untuk bersama. Ya, mungkin. Seperti itulah kisah kita. Kita saling melengkapi. Saling bercerita. Saling berhadapan. Tapi, jalan kita bersimpangan. Takapa. Semoga saja aku bisa melupakanmu kali ini. Benar-benar melupakanmu. Sebab, bagiku. Melupakanmu itu membutuhkan keberanian. Berani untuk membuka mata tanpamu.
*Hujan selepas senja tadi mengajarkanku banyak hal, termasuk melupakanmu.

Tidak ada komentar: