Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Selasa, 21 September 2010

Surat Kedua untuk Kakek

Depok, 12 Agustus 2010

Selamat malam Kek,
Apa kabar? Hari ini hari kedua puasa Kek. Di sana pasti Kakek sudah tidak puasa. Ya aku tahu itu. Ini surat kedua Kek. Kakek tak sempat membalas suratku yang pertama. Mungkin, di surga memang tak ada kertas dan tinta, atau pak posnya sudah enak hidup di surga, jadi sudah enggan mengantar surat. Atau, burung dara di surga sudah tidak bertugas mengantar surat. Ya sudahlah.

Kakek,
Semoga memang kau bahagia di sana. Ah, Kek, tadi aku naik KRL, ini sejenis kereta listrik yang beroperasi di daerah Jabodetabek. Menunggu kereta di stasiun. Ada dua kakek, mungkin seusia Kakek. Mereka mengemis. Mengais rezeki di jalan. Kasihan. Tak ada yang peduli. Di mana anak dan cucu bahkan cicit mereka? Bernasib samakah? Ah, Kek, harusnya mereka sudah istirahat di rumah. Menikmati hari tua. Tapi mereka malah di jalan. Berkeliaran. Masih bingung harus makan apa. Betapa hidup ini tak adil.

19.43

Tidak ada komentar: