Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Selasa, 09 Juli 2013

Kuliah yang (seolah) Selesai. Selamat!

Pada akhirnya, saya pun lulus. Tanggal 9 Juli 2013 saya sidang skripsi. Sidang penghabisan yang--oh ya udah gini doang--yang rasanya taksemewah dan takselega yang saya bayangkan. Skripsi saya membahas pesan-pesan ideologis liberalisme yang ada di dalam Twitter akun @Ulil. Analisis Wacana Kritis. Atau bahasa kerennya Critical Discourse Analysis.

Sudahlah. Takusah ditanyakan bagaimana rasanya sidang. Antara gemes dan dingin. Tentu saja, di dalam sidang itu, kesalahan skripsi saya seolah sangat amat banyak sekali. Kesalahan ejaan dipermasalahkan sampai rinci. Kekurangan definisi dalam tinjauan pustaka seolah menjadi hal utama yang sangat fatal. Kata pengantar yang hanya setengah halaman itu juga menjadi masalah. Katanya saya tidak intelek membuat kata pengantar seperti itu. Lalu, pembahasan saya? Hampir tidak tersentuh. Entahlah. Saya harus lega atau tidak ketika pembahasan saya taktersentuh.

Tentu saja dingin. Saya juga terbawa suasana bahwa skripsi saya amatlah buruk. Tidak sistematis. Dan, banyak lagi. Sudahlah. Yang penting selesai. Sebab skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Empat tahun saya ditentukan satu jam kemarin itu.

Sekarang, di belakang nama saya (harusnya) sudah terpasang gelar. Yang sampai saat ini, saya tidak tahu menahu buat apa gelar itu. Selesai sidang. Saya semakin bingung. Apa yang akan saya lakukan setelah ini? Menambah jumlah pengangguran di negeri ini. Haha. Miris.

Kuliah saya memang selesai. Kelihatannya. Tapi, hidup baru akan dimulai. Ada banyak hal di luar sana yang sampai sekarang saya belum tahu. Ada banyak pertanyaan setelah ini. Yang entah bisa saya jawab atau tidak. Yang sangat mungkin pertanyaannya jauh lebih sulit daripada pertanyaan penguji di dalam sidang skripsi.

Mimpi-mimpi di awal kuliah yang terlampau muluk juga perlahan-lahan jatuh. Semacam layang-layang yang putus. Jalan yang dulu yakin saya tempuh, juga sedang menemui persimpangannya. Lalu, saya harus memilih lagi. Terus memilih. Bagi saya, membuat pilihan itu sangat mudah. Yang takmudah adalah setia pada pilihan itu. Lalu, segala sesuatunya sekarang sedang berada di persimpangan. Tinggal saya memilih lurus, belok kanan, belok kiri, atau kembali. Saya yakin. Pilihan saya setelah ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan saya kelak. Dan, sekarang, saya sedang memilih untuk diam di tempat sampai beberapa saat. Sampai waktu yang pas, saya akan memilih. Mau melanjutkan hidup seperti apa.

Selamat! Sudah lulus. Lalu, kehidupan (seolah) selesai. Padahal, baru akan dimulai.

Sekarang, saya masih memikirkan. Tumpukan skripsi hasil revisi yang jumlahnya hampir dua rim kertas dari pembimbing dan penguji ini mau diapakan. Silakan mengambilnya di rumah saya jika berminat!

2 komentar:

Clara mengatakan...

Selamat sudah luluuuus, aku akan menyusul! :D

Fitria Sis Nariswari mengatakan...

Iyaaa. Terima kasih. Cepat menyusul. Semoga takbingung seperti aku! Hhaa