Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Senin, 23 April 2012

April Hampir Habis. Dan Aku Baru Saja Menulis.

Ini benar-benar April hampir habis. Dan aku belum menulis sama sekali. Tentang apa pun. Terlebih tentang kamu. Maaf. Aku salah fokus. Seperti bulan-bulan yang lalu. Banyak hal yang terjadi. Menyenangkan. Mengharukan. Menyedihkan. Bagiku. Itu sama saja. Sama-sama membahagiakan. Takkurang apa pun. Sudah kukatakan bukan? Konsep bahagia bagiku terlalu sederhana. Bahkan hanya bisa bangun pagi lalu melakukan hal-hal rutin, bagiku itu juga bahagia. Bulan April ini. Tuhan memang sedang sangat-sangat baik padaku. Sudah kuceritakan padamu juga kan? Jika aku taklolos seleksi Mahasiswa Berprestasi, bahkan masih di tingkat Jurusan. Perasaanku biasa saja. Dan masih tetap berpikir akan ada ganti yang jauh lebih baik. Entah kapan. Ternyata. Apa yang teryakini. Itu jugalah yang terjadi. Aku memang taklolos seleksi Mapres Utama, tapi aku tetap menjadi Mahasiswa Berprestasi di Bidang Akademik. Takmenyangka. Indeks Prestasi Komulatif-ku menempati angka tertinggi di seluruh mahasiswa program studiku. Namaku terpanggil. Menerima penghargaan dan bantuan membayar Biaya Operasional Pendidikan--yang bagiku mahal itu. Terima kasih Tuhan. Mungkin, jika boleh kumenyebutnya, ini kado dari Tuhan untuk tanggal lahirku. Baiklah. Aku memang selalu percaya kebaikan-kebaikan sederhana yang kulakukan untuk orang lain akan berdampak besar padaku. Di saat yang tepat. Mungkin kamu taktahu atau takingat. Jika tanggal 17 April kemarin aku berkurang umur. Entah. Berapa sisa umurku sekarang. Ya. Takperlu ucapan memang. Tapi aku bahagia ketika malaikat-malaikat kecil takbersayap yang serumah denganku menyiapkan kejutan tengah malam. Aku dibangunkan tepat pukul 00.00, mereka membawa kue tart cokelat yang lezat dengan angka lilin 99. Aku tertawa saja. Terima kasih. Sempat kami berdoa bersama. Bersenda gurau. Kata mereka, usiaku sudah mencapai 99 tahun. Iya. Tandanya aku harus sesegera mengingat kematian. Jika dihitung oleh kalkulator manusia, usiaku baru mencapai 21 tahun. Usia ranum. Jujur saja. Tanggal 17 kali ini, aku takbanyak berharap mendapat ucapan selamat. Sebab aku tahu. Ini takpanjang. Takabadi. Tapi, aku tetap berterima kasih pada mereka yang sudah bersusah payah mengingat tanggal itu tanpa bantuan jejaring sosial. Lalu, adikku satu-satunya. Dia mengirimiku ucapan "Selamat Ulang Tahun" berbelas-belas kali di kotak masukku. Mungkin, itu caranya menyayangiku. Aku juga sangat menyayanginya. Sangat. Orang-orang terdekatku memang takpernah melupakan tanggal itu. Kedua orang tuaku. Tanteku. Dan kedua adik sepupuku. Aku menyayangi mereka. Sangat. Ketika berangkat ke kampus pun, aku bebas saja. Takada beban. Namun, lagi-lagi. Membuatku terharu. Teman baikku membawakan kue tart mungil yang cantik. Mengucapkan selamat ulang tahun dengan caranya. Aku hampir menangis. Terima kasih sekali lagi. Bahkan, sampai hari ini aku masih mendapat ucapan selamat ulang tahun dan kado. Padahal, aku takmemiliki situs jejaring sosial yang beraplikasi pengingat ulang tahun itu. Terima kasih. Sudah mengingat hari itu untukku. Satu lagi. Kado dari Tuhan yang takpernah berakhir. Aku lolos hingga tahap esai untuk Peneliti Muda Good Governace MWA UI Unsur Mahasiswa. Besok petang akan wawancara. Semoga Tuhan takbosan baik kepadaku. Satu hal yang belum tertuliskan pada April ini: kamu! Semoga kamu juga baik-baik saja.

Tidak ada komentar: