Aku duduk di bangku depan di mata kuliah penulisan populer. Seperti biasa. Di kuliah-kuliah lain biasanya juga seperti itu. Aku duduk di garda depan. Bukan apa-apa, hanya saja mataku tak dapat melihat jika aku harus duduk di belakang.
Dosenku bertanya, "Apa definisi romantis menurut kalian?"
Aku hanya bengong. Ada satu tersirat di kepalaku. Satu per satu temanku ditanya. Ah, untung aku terlewat.
"Romantis itu rokok makan gratis!"
Seorang temanku nyeletuk seperti itu. Aku hanya tersenyum. Ingin tertawa, tapi kalimat itu sudah umum.
"Romantis itu kejutan yang tak terduga!"
Dua orang temanku menjawab seperti itu. Ah, masih normatif. Bagaimana jika kejutan itu menyakitkan? Bagaimana jika kejutan itu akan memberimu airmata? Aku bergidik.
"Romantis itu bla... bla... bla..."
Entahlah, apa lagi komentar teman-temanku. Hanya seperti dengungan lalat yang menari-nari di otakku. Hah!
Romantis? Entahlah. Definisi apa yang tepat untuk menggambarkan kata itu. Delapan fonem. Satu morfem.
Romantis menurutku itu tanpa kata. Tanpa puisi. Tanpa bunga. Tanpa lilin. Tanpa kejutan. Cukup sediakan sapu tangan dan bahumu saat aku menangis. Cukup ulurkan tanganmu saat aku terjatuh. Dan cukup pinjamkan sayapmu saat aku tak mampu terbang lagi.
Sesederhana itukah definisi romantis menurutku? Iya. Hanya itu. Tak lebih. Tak kurang. Kenapa? Kamu masih tak sanggup melakukannya untukku? Tak apa. Aku takkan marah dan takkan menuntut. Romantis menurutmu pun tak sama dengan menurutku.
2 komentar:
wah,,,keren bgt
w setuju sm definisi romantis lo ^^
hehe
makasih kak ika...
definisi itu tak sempat terucapkan saat di kelas tadi...
tak apalah...
=)
Posting Komentar