Aku tak pernah punya hak pada dirinya. sebab kami tak satu. terpisah. tak ada kelindan. tapi kenapa, apapun yang dilakukannya selalu menarik buatku. dia menyanyi, bertanya, menjawab, berpikir, semuanya indah untukku.
tapi satu hal yang paling menyakitkan buatku, ketika melihatnya dengan khusuk menundukkan kepalanya lalu mengingat Tuhannya. ah, saat-saat seperti itulah yang membunuhku. mengingatkanku pada kemustahilan. membuka ketidakmungkinan yang semakin lebar. aku tak mungkin memilikinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar