Depok, 23 Desember 2010
Dear Kakek,
Apa kabar? Entah Kek, ini surat yang ke berapa. Aku lupa. Sungguh. Ya, aku tak pernah bosan Kek, menulis surat untuk Kakek. Aku sangat merindukan Kakek. Sangat. Hingga sekarang, dadaku terasa bergemuruh dan tak tenang. Ada yang mengganjal di hatiku. Aku pun tak tahu apa itu.
Kakek,
Aku sekarang mengajar. Ya, mengajar anak-anak SMP dan SMA di sini. Aku senang Kek. Mereka lucu-lucu. Mereka semangat-semangat. Ada pertanyaan yang kritis. Ada jawaban yang menggelitik. Ada tawa yang tergelak. Ada suara nada kecewa. Aku menikmati itu semua, Kek. Hatiku bahagia. Sangat bahagia. Bila mata mereka berbinar mendengar penjelasanku. Mulut mereka membentuk ’O’ tanda mengerti. Tawa mereka meledak. Aku senang, Kek. Mereka sedikit bisa menghibur hatiku yang sepi. Namun, aku juga takut Kek. Aku tak enak. Aku merasa bodoh. Ya, saat mereka berbisik-bisik di belakangku ketika penjelasanku ada kesalahan. Ketika jawabanku kurang memuaskan. Ah, apalagi ketika kehadiranku tak diharapkan. Rasanya ingin menangis. Airmata ini ingin tumpah ruah. Tapi tak bisa Kek. Di depan mereka, aku harus selalu tersenyum. Selalu semangat. Selalu ceria. Ah, Kakek. Aku ingin bercerita banyak Kek.
Kakek,
Seharusnya aku mengajar privat hari ini. Aku sudah datang ke rumahnya. Naik angkot dua kali. Naik ojek. Lalu jalan kaki. Ternyata dia tak ada, Kek. Dia sudah tidak pulang sejak kemarin pagi. Ke mana dia, Kek? Aku khawatir. Sungguh. Ponselnya tidak aktif. Di rumahnya hanya ada pembantu. Ah, ke mana orang tuanya? Tak khawatirkah pada anaknya? Ingin rasanya aku menunggu di rumahnya.
Kakek,
Jujur. Rasanya aku ingin menangis sekarang. Ingin airmata ini lancar mengalir karena di dadaku sudah sesak. Sudah penuh. Ingin membuncah.
Aku lupa cerita, Kek. Empat belas orang adikku kemarin ada masalah. Masalah internal. Ya, semoga setelah pertemuan kemarin masalah itu bisa terselesaikan. Aku berharap itu. sangat berharap. Ya, aku sayang sama mereka Kek. Bukan hubungan darah yang membuatku mencintai mereka, melainkan sebuah ketulusan cinta atas dasar kedekatan hati.
Kakek,
Aku capek sekarang. Jari-jariku sudah enggan mengetik. Sudah dulu ya, nanti pasti aku akan cerita lagi. Entah kapan. Tapi pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar