Hampir tengah malam. Beberapa waktu yang lalu listrik padam, hampir lima jam. Aku takbisa tidur, sama sekali. Kamu pun sangat tahu jika aku takbisa tidur dalam gelap sebab rasanya sedikit sesak. Biasanya, aku hanya tinggal menunggu teleponku berdering tepat ketika aku mengatakan bahwa listrik padam kepadamu. Sayangnya, malam ini aku harus melewatinya sendirian. Namun, takapa. Aku masih bisa mengingatmu dengan baik, tandanya aku masih baik-baik saja.
Maka dari itu, aku pun berpindah-pindah kamar: mencari teman. Namun, tetap saja aku takbisa tidur hingga detik ini, padahal listrik sudah nyala. Barangkali, memikirkan kamu yang membuatku takbisa tidur hingga pukul sekian. Ditambah lagi bau obat kecoa yang menguar memenuhi ruangan. Teman sebelah kamarku takut kecoa, lantas ia seolah berperang dengan kecoa-kecoa yang keluar dari lubang kamar mandi karena efek listrik padam.
Ah, kamu. Apa kabar? Semoga tetap baik-baik saja. Semoga taklupa makan, mandi, dan istirahat. Aku rindu. Sangat. Ah, tapi sudahlah. Lupakan sejenak rinduku ini. Aku hanya ingin meminta maaf. Sungguh-sungguh minta maaf. Aku sama sekali takmembantu, malah menghancurkan hasil kerjamu. Maafkan aku, sekali lagi. Aku tidak tahu harus berbuat apa, selain mendoakan untuk kebaikanmu. Semoga kamu tetap baik-baik saja, sebaik aku memikirkanmu. Dan, tentu saja aku sangat mengkhawatirkanmu. Namun, untuk kali ini aku takbisa berbuat banyak.
Semoga kamu tetap memaafkanku. Semoga. Barangkali, aku memang terlalu sibuk hingga takada waktu untuk membantumu. Lagi-lagi aku hanya bisa meminta maaf. Namun, sungguh, pada saat itu, aku sudah melakukan hal yang terbaik. Sudahlah. Maafkan aku. Yang sampai saat ini pun belum bisa menjadi orang yang baik, paling tidak untukmu. Maafkan aku untuk yang entah keberapa kali. Maaf untuk segala hal.