Ini posting pertama saya tentang K2N (Kuliah Kerja Nyata). Ya. Ketika saya memposting ini suatu saat. Cerita ini mungkin terjadi sebulan yang lalu. mungkin. Iya. Saya hanya bisa menulis di netbook saya. Takbisa mengunggah. Sama sekali. Takada sinyal.
Posisi saya sekarang ada di dalam KRI (Kapal Republik Indonesia). Menunggu bosan. Menunggu kapal sampai tujuan. Sudah hampir 4 hari saya di dalam sini. Jangan kau tanyakan bagaimana rasanya? Pasti akan saya jawab luar biasa. Terombang-ambing di laut lepas. Tanpa sinyal. Untung masih ada aliran listrik.
Sebelum berlayar, saya ada di Korps Marinir. Selama satu minggu di situ. Dididik dan ditempa. Bangun pagi-pagi. Lari-lari. Push up. Ya. Seperti itulah. Saya tidak kaget lagi. Sebab sudah biasa mendengar cerita. Tapi, banyak hal yang saya dapatkan dari pendidikan kilat itu. Teman-teman. Pelatih yang (sebenarnya) baik, tapi terlihat garang. Kebersamaan. Menjadi lebih kuat. Ah, takterlupakan yang pasti.
Tapi, saya jadi berpikir. Serius. Ini hanya pemikiran konyol saya. Jangan dimasukkan hati. Menjadi seorang tentara, berarti siap memberikan segala hal dalam hidupnya, termasuk hak kritisnya. Ya. Iseng-iseng, saya bertanya filosofi jargon “Kekuatan” yang harus dijawab serempak dengan “Lima lima”. Mereka takbisa menjelaskan. Sepele. Dan membuat saya berpikir. Selama ini mereka hanya menjalankan tugas dengan sangat sangat baik. Diperintah A, mereka akan mengerjakan A. Mungkin, takpernah bertanya dari mana, untuk apa, untuk siapa, tentang apa, mengapa harus, atau pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya. Sudahlah. Hentikan. Saya semakin mabok nanti. Pak Tentara yang baik, maafkan saya. Saya takada maksud apa pun.
Kau tahu, posisi saya sekarang di mana? Ada di haluan KRI. Menatap lurus. Laut lepas, Sebentar lagi senja. Betapa romantisnya, bukan? Ya. Setelah dari Marinir, saya dan teman-teman saya harus menyeberang laut Jawa ke Pontianak. Entah berapa lama lagi, kami harus di sini. Beruntung. Saya sekali pun belum muntah dalam perjalanan berhari-hari ini.
Segala sesuatu menjadi lebih nikmat di sini. Makan pop mie. Menjadi sesuatu yang patut dinikmati. Tidur berpuluh-puluh perempuan di ruangan sempit. Untung berpendingin ruangan. Sedikit takterasa. Atau mungkin sudah hilang rasa. Tipis bedanya.
Saya bertemu Angkatan Laut di sini. Sama kesan saya. Mereka baik. Sangat baik. Saya bisa membantu memasak di sini. Bahkan saya bisa mencoba mengemudikan kapal dari anjungan. Belajar navigasi. Sedikit saja. Tapi cukup berkesan. Terima kasih. Bercerita tentang kegiatan saya. Bertanya tentang kegiatan mereka. Menyenangkan. Sayang sekali. Saya takbisa mengunggah tulisan ini sesegera mungkin. Harus menunggu kembali ke Jakarta. Ya sudahlah. Semua nikmat jika dinikmati dengan nikmat.
Tulisannya terputus. Barusan saya dihukum. Bukan saya. Tapi kami. Seperti biasanya. Push up. Sit up. Yel-yel. Karena apa? Karena kami takmenjaga kebersihan. Haha. Terdengar bocah, bukan. Tapi itulah kenyataannya. Saya tahu. Setiap tentara pasti sangat menjaga kebersihannya. Saya juga tidak tahu, kenapa teman-teman saya jorok sekali. Mungkin juga saya yang jorok. Ah, tapi kan saya sudah berusaha menjaga kebersihan. Membuang sampah pada tempatnya. Tapi di sini tidak seperti itu. Satu salah semua salah. Satu benar, yang lain belum tentu benar. Yang lain ada yang salah. Jadinya ikutan salah. Sudahlah. Ini seperti permainan ayam dan telur.
Kau pasti tahu. Apa yang saya paling senangi berada dalam KRI seperti ini. Ya. Melihat senja. Hujan. Laut. Dan pagi. Semuanya terasa lebih jelas dan nikmat. Matahari bulat penuh ketika menjelang senja. Turun perlahan ditelan garis pandang. Sepagian tadi sempat hujan. Saya berdoa. Semoga kamu baik-baik saja. Saya juga.
Sekarang sudah senja. Saya bisa memotret senja di laut lepas. Ini untuk kamu. Semoga kamu senang. Semoga ini bagus. Cukup untuk menutup cerita saya kali ini. Lain kali, saya pasti akan cerita lagi. Tentang apa pun. Mungkin nanti tentang Sintang. Taksabar saya sampai di sana.