Hurip iku Hurup

Jejering wong urip iku sejatine kudu bisa tansah aweh pepadhang marang sapa wae kang lagi nandhang pepeteng kanthi ikhlasing ati. Manawa hurip ora bisa aweh pepadhang iku tegese mati.

Rabu, 07 Januari 2015

Kepada Angka Tujuh pada Kalender

When you can tell a story and it doesn't make you cry. You know at that time you have healed. (Anonymous)

Januari tujuh dua ribu lima belas. Semacam angka-angka yang begitu saja terlewat. Sudah hampir sepertiga bulan terlewat, sedangkan saya belum melakukan apa pun untuk menyambut angka-angka itu. Barangkali, doa-doa pada tahun yang akan terlewati ini taksemuluk pada tahun-tahun yang sudah terlewati. Angka-angka itu mengajarkan banyak hal. Bahwa hidup bukan tentang memberi lalu sudah pasti menerima. Seringkali hidup hanya menerima, tanpa sama sekali memberi. Atau sebaliknya.

Pada tahun ini, satu saja, saya hanya ingin bisa berdamai dengan apa pun yang terjadi. Tidak perlu terlalu mencaci atau mencintai. Sebab, tuhan lebih senang bermain dadu. Kotak-kotak dadu itu mudah terbolak-balik, apalagi hanya sebentuk hati. Berdamai dengan segala sesuatu yang terjadi semoga bukanlah sesuatu yang terlampau sulit. Sebab, sekarang, saya pun harus memahami bahwa hidup akan terasa lebih hidup jika tanpa ekspektasi yang terlalu tinggi. Pada apa pun. Ekspektasi berbanding lurus dengan kekecewaan. Percayalah.

Hanya saja, saya juga berterima kasih. Kepada waktu-waktu yang telah lalu. Yang dengan bercandanya yang sama sekali taklucu. Terima kasih. Paling tidak, saya jadi pandai untuk membalut luka meskipun masih keteteran di sana-sini. Paling tidak, saya lebih bisa menjaga kesehatan saya. Paling tidak, saya mengerti bahwa tidak semua harapan itu terkabul. Terima kasih, pada apa pun yang terjadi.

Hanya saja, sekarang dan sampai nanti, saya harus berkali-kali mengingatkan diri sendiri agar tidak kesulitan untuk berdamai dengan apa pun. Amin.